Bandung City Networking Bentuk Nyata Membangun Solidaritas

Bandung46 views

Jurnal7.com| Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, secara resmi membuka Simposium Bandung City Networking yang diikuti oleh berbagai kota dari negara-negara Asia dan Afrika. 

Acara ini menjadi ajang strategis untuk memperkuat kolaborasi antar kota dalam menghadapi tantangan global, membangun kota yang inklusif, tangguh, serta berdaya saing di era modern.

Simposium ini diselenggarakan sebagai bagian dari Asia Africa City Network (AACN) dan berlangsung di Bandung, kota bersejarah yang menjadi tempat lahirnya semangat solidaritas Asia-Afrika pada Konferensi 1955. 

Farhan menyampaikan, pertemuan ini bukan sekadar mengenang masa lalu, tetapi memperbarui komitmen terhadap kerja sama konkret di bidang pembangunan perkotaan.

“Kita hadir di sini bukan hanya untuk bernostalgia, tetapi untuk membangun ekosistem kota yang ramah bagi warganya, tangguh menghadapi perubahan, dan mampu bersaing di kancah internasional,” ujar Farhan dalam pidato pembukaan di Aula Barat Institut Teknologi Bandung (ITB), Jalan Ganesha Kota Bandung, Senin, 19 Mei 2025.

Simposium ini berfungsi sebagai platform pertukaran ide, pengalaman, dan praktik terbaik antar kota, khususnya dalam tiga isu strategis: city branding, city networking, dan city resilience. 

Menurut Farhan, city branding bukan lagi sekadar alat promosi, melainkan representasi dari nilai, identitas, dan visi masa depan suatu kota.

“Kita ingin kota-kota dalam jaringan Asia-Afrika saling belajar dan mendukung, baik dalam promosi budaya hingga menghadapi tantangan iklim,” tambahnya.

Dalam forum ini, berbagai sesi diskusi menyoroti isu-isu penting seperti pengembangan pusat keunggulan budaya, strategi kota menghadapi perubahan iklim, penguatan UMKM, serta peningkatan kapasitas tenaga kerja lokal.

Farhan juga menyinggung potret kekuatan dan kelemahan Kota Bandung berdasarkan Indeks Daya Saing Daerah (IDSD) 2024. 

Bandung mencatat skor tinggi dalam adopsi teknologi informasi (5,00) dan inovasi (4,25), namun masih menghadapi tantangan dalam sistem keuangan (3,92), pasar tenaga kerja (3,72), dan dinamika bisnis (3,44).

“Nilai-nilai ini menunjukkan bahwa meski kami punya kekuatan, tetapi inklusi ekonomi dan pertumbuhan usaha daerah masih butuh perhatian bersama,” jelasnya.

Menurut Farhan, kota-kota berkembang seperti Bandung membutuhkan kerja sama lintas negara dan lintas sektor untuk mengatasi hambatan struktural menuju pembangunan yang berkeadilan.

Kota Sebagai Pusat Peradaban Masa Depan

Menurut Farhan, Bandung City Networking adalah bentuk nyata dari upaya membangun solidaritas antar kota sebagai strategi bertahan dan berkembang di tengah krisis global. 

“Solidaritas bukan hanya pilihan moral, tapi kebutuhan kolektif,” tegasnya.

Ia juga mengajak kota-kota anggota jaringan Asia-Afrika untuk tidak berhenti pada forum ini, tetapi melanjutkannya dalam bentuk aksi nyata, program lintas kota, dan dukungan terhadap inovasi berkelanjutan. 

Peran kaum muda juga menjadi sorotan, di mana Farhan mengajak seluruh kota untuk melibatkan generasi muda dalam pembangunan kota yang strategis.

Sebagai kota yang memiliki warisan sejarah dari Konferensi Asia-Afrika, Bandung menegaskan kembali posisinya sebagai pusat dialog dan kolaborasi antarbangsa. 

“Kami ingin Bandung menjadi model peradaban masa depan yang kolaboratif, inklusif, dan berkelanjutan,” ujar Farhan.

Menutup sambutannya, Wali Kota menyampaikan terima kasih kepada para peserta, mitra internasional, akademisi, komunitas, dan mahasiswa yang turut menyukseskan acara ini. 

Ia berharap Simposium Bandung City Networking menghasilkan jejaring baru, ide-ide segar, dan kerja sama berkelanjutan yang mampu membawa perubahan nyata bagi kota-kota di Asia dan Afrika. 

Komentar