JURNAL7.COM
bjb syariah selalu menjaga performa baiknya dalam rangka mengantisipasi terbelit kasus. Untuk itu, bjb syariah memiliki angka non-performing financial atau NPF yang rendah. Per Maret 2019, NPF bjb syariah berada di level 4,5%. NPF tersebut ditargetkan akan terus dikurangi dengan harapan di akhir tahun 2019 mencapai angka 3,9 %.
Risiko pembiayaan atau financing at risk berada di angka 12,15% dengan nilai sebesar Rp346 miliar. Risiko pembiayaan ini mengalami perbaikan dibandingkan pada bulan sebelumnya 0,99%, dengan ekuivalen perbaikan senilai Rp29,87 miliar.
“Kami menargetkan risiko pembiayaan Rp341 miliar untuk akhir tahun 2019,” ungkap Direktur Utama bjb syariah, Indra Falatehan beberapa waktu lalu.
Dalam menjaga NPF di level rendah, bjb syariah berencana melakukan perluasan pembiayaan ke sejumlah sektor favorit, seperti kesehatan, pendidikan, dan konstruksi.
Indra menjelaskan proyeksi hapus buku pada 2019 juga akan dijaga sebesar Rp18 miliar dan restrukturisasi sekitar Rp73,5 miliar. Menurutnya, restrukturisasi dilakukan dengan mekanisme jadwal ulang pembiayaan konsumer yang mengalami penurunan pendapatan maupun debitur yang mengalami kendala dalam membayar tunggakan pembiayaan.
“Menghadapi risiko pemburukan kualitas akan diupayakan upaya perbaikan bisnis proses di antaranya sentralisasi persetujuan konsumer maupun komersial, adanya iFOS [scoring system] dan close monitoring aktivitas harian collection FAR [field collection dan desk call], serta memonitor seluruh nasabah dengan melakukan analisis watchlist dan analisis tiga pilar, kemudian melakukan penjajakan kerja sama dengan pihak ketiga dalam penjualan agunan,” katanya.
Komentar