Jurnal7.com
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Bandung Dewi Kaniasari, menegaskan selaku City of Design, Kota Bandung memang harus menerapkan prinsip-prinsip desain ke berbagai lini pembangunan, mulai dari perencanaan, hingga eksekusi. Hal itu bertujuan agar setiap pembangunan di kota ini dirancang ‘by design’, bukan asal-asalan,
“Dengan julukan City of Design ini sebetulnya Bandung bisa memanfaatkan untuk diaplikasikan dari mulai perencanaan sampai eksekusi pembangunan kotanya. Jadi semuanya ‘by design’. Tidak hanya sebatas tataran konsep atau hanya sebatas wacana ‘Bandung Kota Desain.
Saat kini, UCCN telah membawa semangat bagi Kota Bandung untuk terus memainkan perannya sebagai kota desain. Lewat tangan-tangan kreatif warga, setiap sudut kota dihiasi dengan berbagai sentuhan seni, mulai dari mural, street furniture, hingga penanda informasi di jalan raya yang unik dan berkesan.
Salah satu ornamen yang menjadi primadona adalah zebra cross yang didesain tak biasa. Banyak orang yang tertarik dengan pola zebra cross Kota Bandung yang alih-alih dicat hitam putih tetapi malah digambari beraneka desain, mulai dari suling, ular tangga, hingga arena lompat jauh. Zebra cross unik itu bisa dijumpai di Simpang Lima, Braga, Jalan Merdeka, dan Jalan Wastukancana.
Jika berkeliling kota dengan berjalan kaki di Jalan Ir. H. Juanda hingga Jalan Merdeka, warga dan wisatawan akan dimanjakan dengan desain trotoar yang sangat nyaman dan ergonomis. Ada bangku-bangku estetis yang dapat digunakan pejalan kaki untuk beristirahat dan berswafoto.
Banyak pula imbauan-imbauan edukatif yang copywriting-nya sengaja dibuat agar menarik dan eksentrik. Tak lupa, suasana kota tua itu dilengkapi dengan desain lampu jalan ala art deco yang cantik untuk diabadikan lewat foto, baik saat siang maupun malam hari.
Sentuhan desain juga sampai kampung-kampung. Sebut saja Kampung Dago Pojok atau Cibunut. Di sana, warga memanfaatkan sentuhan desain untuk meningkatkan potensi wisata, ekonomi, dan yang terpenting adalah kebahagiaan. Dengan lingkungan yang asri dan berwarna, warga bisa lebih nyaman tinggal di lingkungan yang sehat.
Penerapan Kota Desain ini tentu harus komprehensif dan bersama-sama. Menurut Kenny, konsep Kota Desain harus diterima sebagai komitmen bersama seluruh komponen kota, mulai dari pemerintah, sektor swasta, akademisi, media, hingga masyarakatnya. Semua pihak harus mendukungnya.
Di sektor usaha, misalnya, banyak pelaku industri berinovasi desain dari mulai rancangan produk, kemasan, hingga ruang kerja. Di Kota Bandung, cafe-cafe bernuansa artsy sudah mulai menjamur. Jika melongok ke gerai-gerai UMKM, banyak produk yang telah memiliki kemasan cantik nan menarik sehingga meningkatkan nilai jual.
Selain itu, Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagin), serta Dinas Koperasi dan UMKM juga dengan gencar membina desain produk. Bahkan, Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kota Bandung secara reguler menggelar kurasi produk kreatif oleh para profesional untuk meningkatkan daya saing produk-produk Kota Bandung.
Sedari didirikan oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda, kata Kenny, Kota Bandung telah memiliki ciri khas desain yang luar biasa. Kenny bahkan menyebut gaya art deco di Kota Bandung menjadi salah satu yang terbaik di Indonesia.
Saat ini, Pemkot Bandung berusaha menjaga 1.700-an bangunan cagar budaya sebagai upaya melestarikan mahakarya desain yang bersejarah.
“Jadi ruh desain di Kota Bandung itu memang sudah ada sejak dulu. Sekarang tinggal bagaimana kita menegaskan itu lagi,” imbuhnya.
Kenny mengatakan, desain kota itu bahkan sangat bisa diselaraskan dengan teknologi dan kearifan lokal kota. Ia mencontohkan, gagasan-gagasan yang bisa muncul adalah inovasi untuk membangkitkan kembali julukan Bandung sebagai Kota Kembang. Ia ingin agar warga bisa berkontribusi dengan menggagas ide kreatif yang menarik dan dapat diimplementasikan.
Komentar