Danpussenif TNI AD Letjen TNI Iwan Setiawan Merasa Terhormat Gelar HUT 1 Abad Abah Landoeng

Danpussenif TNI AD Letjen TNI Iwan Setiawan, Abah Landoeng, Harri Safiari (Foto By :Deetje)

Jurnal7.com|Bandung – Abah Landoeng salah satu sesepuh Jawa Barat, tepatnya kemarin pada 11 Juli 2025 dengan segala kiprahnya, terhadap bangsa dan negara serta keluarga, telah menapak usia satu abad atau 100 Tahun.

Tokoh Jawa Barat ini, jadi perhatian Danpussenif TNI AD Letjen TNI Iwan Setiawan .

Menurut Danpussenif kiprah Abah Landoeng ‘Menapak Satu Abad’ – Tak Semua Orang Bisa Memperolehnya.

Ketokohan Abah Landoeng diapresiasi Danpussenif dengan menggelar HUT bertempat di area lapangan tenis Kompleks Asrama Militer Pussenif Jl. Yudawastu Pramuka I No. IV Kota Bandung, Sabtu, (12/72025).

Iwan Setiawan menyampaikan kekagumannya dan merasa terhormat jadi bagian perayaan 1 Abad Abah Landoeng.

“Ini luar biasa buat rata-rata bangsa Indonesia. Hingga hari ini Abah Landoeng, masih bersama kita di sini”.

Masih kata Letjen Iwan Setiawan yang kembali mengapresiasi pencapaian Abah Landoeng di antaranya dalam hal Tanda Kehormatan Veteran (Tahorvet) dalam keterlibatan Abah Landoeng saat program Dwikora di Kalimantan Utara pada tahun 1960-an.

“Tidak semua orang bisa memperoleh Tahorvet ini. Beruntung Abah telah memperolehnya pada 2024 ini,” terangnya.

Syukuran terhadap tokoh sesepuh Jawa Barat Abah Landoeng kelahiran Bandung, 11 Juli 1926 yang mengabdi sebagai guru di SMPN 2 & 5, SMAN 3 Kota Bandung (1959 – 1996), hari itu bertemakan ‘Menapak Satu Abad’, dihadiri antara lain oleh tokoh Jawa Barat Aditya Alamsyah yang akrab disapa Abah Alam, pebisnis kepariwisataan Kota Bandung dan Jawa Barat Henry Husada, serta beberapa tokoh lainnya dari berbagai komunitas di Kota Bandung.

Sejumlah kado berupa tanda mata trophy khusus dari Dan Pussennif TNI AD Iwan Setiawan sempat diberikan kepada Abah Landoeng yang diterimanya sambil didampingi istrinya Sani.

Selanjutnya Abah Landoeng berkenan memberikan tanda mata kepada Iwan Setiawan sebuah buku terbitan dari Dutch Resistence Museum, berjudul The Former Dutch Colonies from World War Two to Independence (95 halaman).

Menurut Harri Safiari sebagai Ketua Panitia dari perhelatan ini dari pihak Jurnalis Bela Negara (JBN) Jawa Barat, menjelaskan buku ini berfungsi sebagai katalog bagi pengunjung Dutch Resistence Museum di Amsterdam, Belanda,” di sana ihwal Abah Landoeng betapa beruntung bisa lolos dari maut kerja paksa romusha saat pendudukan Jepang (1942 – 1945, juga bagaimana ia harus menghadapi aneka siksaan maut bila dianggap lalai dimata pengawas romusha Jepang.”

Masih dalam kesempatan ini, Harri Safiari selaku Pempinan Redaksi Jurnalis Bela Negara ‘JBNMagz’ edisi khusus, yang terbit secara virtual dan fisik dalam format 16 halaman, dengan tajuk Danpussenif TNI AD Letjen TNI Iwan Setiawan, S.E., M.M, Merayakan Abah Landoeng ‘Menapak Satu Abad’, memberikan beberapa eksemplar kepada Abah Landoeng dan Danpussenif TNI AD Iwan Setiawan,” terima kasih atas pemuatan saya di majalah ini bersama Abah Landoeng,” ujarnya.

Selain itu, hadir pula mantan wartawan majalah, Gatra Sulhan Syafi’I, yang kini bergiat pada lembaga TATALI News Corporation. Ia berkenan memberikan buku masih tentang kehidupan Abah Landoeng berjudul ‘Landoeng Ngagoes Sampai Mekkah’ (kumpulan Cerita Abah Landoeng).

“Buku ini terbitan 2024, saya persembahkan untuk Kang Iwan Setiawan Sang Letnan Jenderal Komandan Pussenif serta bagi ribuan pasukannya.

Dari buku ini semoga kita bisa belajar tentang kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sekaligus,” ujarnya kepada redaksi sesaat setelah memberikan secara fisik buku setebal 77 halaman yang sarat tentang aneka dokumentasi khas milik Abah Landoeng.

Kepada redaksi, Sani istri Abah Landoeng yang didampingi kerabatnya Kang Adi, dalam beberapa tahun belakangan ini:”Abah mah alhamdulillah masih dijadikan nara sumber tentang suka duka berjuang di jaman sebelum kita merdeka.

Juga ada yang suka bertanya tentang beberapa hal, setelah kita merdeka di tahun 1945. Wartawannya, itu ada orang Belanda, Perancis, Jepang. Mereka suka datang bersama penerjemahnya,” kata Sani yang diamini Kang Adi.

Komentar