Jurnal7.com|Bandung Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bandung terus mengembangkan berbagai metode pengolahan sampah untuk mengurangi beban Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sekaligus meningkatkan nilai manfaat sampah.
Salah satu inovasi yang kini dijalankan adalah mengolah sampah non-organik bernilai rendah menjadi RDF (Refuse Derived Fuel), yaitu bahan bakar alternatif yang dapat digunakan industri sebagai pengganti batubara.
“Metode RDF ini menjadi salah satu cara kami mengubah sampah bernilai rendah menjadi energi yang bermanfaat.
Industri bisa memakai RDF sebagai substitusi batubara, sehingga sampah tidak lagi hanya dibuang, tapi dimanfaatkan kembali,” ujar Ketua Tim Pengurangan Sampah DLH Kota Bandung, Syahriani pada Talkshow di Radio Sonata, Jumat 14 Desember 2025.
Saat ini, sejumlah Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) telah beroperasi dengan kapasitas signifikan. TPST Tegallega mampu mengolah sekitar 25 ton sampah per hari untuk dijadikan RDF.
Sedangkan TPST Gedebage tengah ditingkatkan untuk mengolah sampah organik melalui metode maggotisasi dan sampah anorganik menjadi RDF, dengan target kapasitas hingga 60 ton per hari.
“Dengan berbagai fasilitas ini, hasilnya mulai terasa. Volume sampah yang masuk ke TPA berangsur menurun, dan pemanfaatan sampah sebagai bahan bakar alternatif mulai berjalan,” jelasnya.
“Namun memang masih ada tantangan, seperti suplai sampah yang kadang terlalu basah atau tercampur, serta kapasitas operasional TPST yang belum sepenuhnya optimal,” aku Syahriani.
Selain penguatan fasilitas, DLH juga berharap peran aktif masyarakat. Program-program berbasis komunitas terus didorong, seperti bank sampah, kampung zero waste, KBS (Kawasan Bebas Sampah) di setiap RW, serta pengomposan rumah tangga.
“Kami ingin setiap RW bisa mengelola sampahnya sendiri. Mulai dari memilah, mengolah, sampai mengurangi sampah kemasan sekali pakai. Dengan begitu, sampah yang tersisa benar-benar sedikit,” tuturnya.
Untuk mengatasi titik sampah liar atau pengelolaan yang kurang baik, DLH kini memperkuat sistem pelaporan masyarakat. Warga dapat melaporkan kondisi lapangan melalui aplikasi maupun kelurahan.
“Kami ingin masyarakat tidak hanya ikut, tetapi juga menjadi pengawas. Ketika warga aktif melapor, mengingatkan, dan ikut bergerak, sinergi sosial kita makin kuat dalam menjaga kebersihan kota,” ujar Syahriani.
Target Lima Tahun ke Depan DLH Kota Bandung telah menetapkan sejumlah target strategis demi membangun kota yang lebih bersih dan berkelanjutan.
Di antaranya, menurunkan volume residu yang masuk ke TPA secara signifikan, meningkatkan kapasitas TPST dan produksi RDF, memperluas kawasan yang memiliki sistem pengelolaan sampah mandiri, dan memperkuat partisipasi aktif masyarakat mulai dari pemilahan, pelaporan, hingga pengolahan tingkat RT/RW.
“Masyarakat adalah bagian dari solusi. Saat masyarakat mulai memilah dari rumah, bergabung dengan bank sampah, ikut mengompos, atau mendukung TPST di lingkungan,” ungkapnya.
“Itu sudah sangat membantu mengurangi beban kota dan melindungi lingkungan kita bersama.
Mari kita wujudkan Bandung yang lebih bersih, nyaman, dan berkelanjutan,” ajak Syahriani.





Komentar